Langsung ke konten utama

BEHIND THE SCENE





Bismillahirahmanirrahim. Semoga Allah menjaga jari saya agar mudah menulis kisah ini dengan ringan. Sejak dulu saya paling "tidak nyaman" tampil. Selalu lebih nyaman bagi saya untuk menjadi tim pendukung atau bahasa klimisnya orang di belakang panggung, agak sedikit dihebohkan sebagai man behins scene.


Hari ini, Minggu, 19 Juni 2011 saya ada sedikit kisah.

Tiap minggu ketiga setiap bulan, Saya bareng istri "agak kesiangan" pergi ke majelis zikir Az-Zikra di Perum Mampang Indah 2, Sawangan Depok. Alhamdulillah tepat pukul 8 pagi kami sampai. Dengan buru2 kami bergabung dengan ribuan jemaah yang sudah memadati area zikir di lapangan luar Mesjid Al Amru Bi Taqwa.

Istri ke kelompok ibu-ibu, saya mengambil shaf di tengah, kebetulan ada space kosong untuk satu orang. Di depan tengah memberi tausyiah Ustadz Syaroni dengan pengalaman2 spiritualnya. Saya beruntung tak lama setelah Ustadz Syaroni, tampilah Ustad Abdul Syukur memimpin zikir bersama. Pendek kata, saya masih dapet acara inti, walau ketinggalan membaca Yasin, Al-Mulk dan sedekah jariyah.




Setelah khusuk berzikir, pukul 9.30 acara bubaran.


Kami berjalan menuju kendaraan. Ada ibu berbaju putih menuntun anak lelaki kecil (5 tahun) dan istri menyapanya. Istri terlibat pembicaraan ringan. Inti yg saya tangkap ibu tadi akan bertemu Mbak Yuni (Istri Ustadz Arifin Ilham) namun karena kurang koordinasi Mbak Yuni nggak ada di rumah di Mampang Indah 2. Kata penjaganya Mbak Yuni ada di Sentul.

Ibu itu minta ikut ke depan (ke jalan raya) untuk nyegat taksi. Alhamdulillah kami tawarkan untuk mengantar ibu ini ke Sentul, kebetulan istri ada undangan menghadiri pernikahan adik kawannya.

Ibu itu setuju dan lega.

Kami berangkat mengambil rute Depok-Cimanggis-Pal 29-Auri-tol Cibubur menuju Bogor. Di perjalan kami berbincang-bincang ringan. Kami baru tahu, ibu ini suaminya sudah meninggal. Konon semasa hidup, ibu dan suaminya sering "runtang-runtung" dengan Arifin Ilham. bahkan Ustadz Arifin sering bertemu suaminya di rumahnya di pesantren kawasan Pandaan Jawa Timur. Saya sempat terkejut melihat poto suaminya, lebih mirip Osama Bin Laden. Hehehe...Sebangsa habib, rupanya.

Keiklasan kami mengantar ke Qadafy Islamic Center (QIC) rupanya diganjar "tunai" Allah. Setelah memarkir kendaraan di samping dua mobil baru Honda Civic warna hitam dan silver, dari rumah besar disamping QIC, saya lihat orang kebanggan umat M. Arifin Ilham baru keluar rumah. Tampaknya dia mau pergi lagi, terlihat dia membawa tentengan tas dan membawa kamera bertele.

Saya salamin ustadz Arifin plus cium pipi kiri-kanan dan saya kabarkan maksud kedatangan kami mengantar ibu (umi) bertemu Mbak Yuni. Ustad Arifin mempersilakan kami masuk. Subhanallah.




Rumah besar itu kami masuki dan tak lama Mbak Yuni menyambut kami. Sayangnya Mbak Yuni juga mau pergi, sehingga kami harus juga segera kembali.

Saya ketemu dengan adik Ustadz Arifin, ketika saya sapa " adik ustadz Arifin?

"Inggih..." jar dengan sedikit menyembunyikan logat Banjar-nya. Seorang pemuda kira-kira berumur 25 tahun, berjenggot tipis memakai baju kasual dengan memainkan BB.

Mbak Yuni juga mengantar kami ditemani muslimat cantik (mirip muslimat timur tengah) kukira itu adiknya.

Akhirnya, kami kembali ke jalan tol, mengantar umi nyari taksi ke Cibubur dan kami meneruskan perjalanan kondangan ke Pakuan Hill Bogor.

Wahai Yang Maha Baik, Terima kasih Engkau himpun kami ke dalam lingkar kecil orang-orang saleh. Kebahagiaan terbesar saya sedikit demi sedikit Allah telah berikan dengan "bersalaman langsung" dengan idola saya seperti Ustadz Arifin ini. Sebelumnya saya sudah ketemu muka dengan KH. Abdurassyid Abdullah Syafii.

Perlahan-lahan hati saya mengkilat, mata menetes haru. Pertemuan demi pertemuan yang saya anggap ajaib, telah Allah atur untuk saya. Semoga saya bertambah "senang" dan "nikmat" untuk beribadah, menghadiri majelis ilmu, berzikir pagi-sore dan tilawah berdialog dengan pemilik alam.

Terima kasih Wahai Yang Maha Baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q