Langsung ke konten utama

CINTA



Hari itu, Jumat 26 Pebruari 2010 adalah hari penuh cinta. Cinta manusia pada manusia. Tapi bukan cinta biasa. Karena yang dicinta juga bukan manusia biasa.

Anda pasti sepaham dengan saya. Dialah manusia paling dicintai Illahi Robbi, Dzat paling sohor tanpa tandingan. Lha kalo Allah saja sangat mencintai manusia satu ini, lha mosok kita cuek bebek, Rek...

Benar sahabat, dialah Kanjeng Nabi Muhammad, manusia paling mulia derajadnya di alam manapun. Dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun dia kita sebut setiap kali. Allohuma soli ala (sayidina) Muhammad. Nama manusia yang paling sering disebut oleh manusia di belahan dunia manapun selain Ibrahim dan Ali.

Terus terang, perkenalan saya dengan Kanjeng Nabi ini tidak jelas benar. ia mengalir begitu saja, manakala saya ingat, waktu saya ngaji di Langgar Tengah, Jalan Manggar, Kodya Blitar, Jawa Timur antara tahun 1977 - 1980. Umur saya waktu itu antara 9-11 tahun. Namanya juga anak kecil, baca dua kalimah sahadat, kata guru ngaji saya waktu itu. Lalu mengalunlah dengan riang Ashaduallaa illaa haillallah, wasyhaduanna muhammadar rasulullah. Kami bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan kami bersaksi Muhammad adalah utusan Allah.

Sudah.

Padahal itu adalah jimat (Wong Biyen=Siji sing di rumat, satu yang dipelihara), kata-kata berkah yang membedakan kita dengan mahluk lain Allah di muka bumi. Anak kecil, mana ngerti, kan?

Tiap Maulid, (saat ini banyak ustad muda "repot" nyari nash yang cocok dengan perayaan maulid, lalu bilang maulid adalah penambahan, kegiatan yang mengada-ada, tidak dijalankan oleh para sahabat, tabi'i-tabiin dan sebagainya. Halah kok repot to, Tad. Wong ate menghormati nabine yo sak senenge to. Sing penting ra mblakrak ke arah batil dan syirik, beres.) kami merayakan dengan membawa takir lalu di tukar dengan milik santri lain, dan dibawa pulang. Tentu ini hukumnya bukan wajib kifayah, nek pas lali gak diramein yo gak popo.

Hari berganti dan musim telah lewat. Saat-saat mendekati usia 40-an, taste atau tepatnya feel Muhammad saya makin menyeruak, meruah dan membanjiri kolbu saya. Sering ketika menyebut namanya, tanpa sebab, leher tercekat, dan mata basah tanpa henti.

Siapakah Engkau Wahai Manusia Suci?

Adalah Agus Sulaeman seorang pramuniaga MDS. (Matahari Dept. Store) Jatinegara Plaza yang berjasa mengajak saya dan istri ikut tablik akbar A'a Gym, Arifin Ilham dan Ustadz Haryono di Istiqlal. Lewat majelis-majelis itulah feel saya terhadap cahaya Muhammad kian bersinar. Rasanya seperti apa ya? Ada kerinduan, himpitan perasaan dan kasih yang banyak orang merasakannya sambil berurai air mata.


Nah, Minggu2 ini saya tengah berusaha keras untuk menyelesaikan bacaan saya tentang riwayat shalihin, wali, tabi-i-tabi-in yang dekat dengan Kanjeng Nabi. Diantaranya adalah: Imam Ali Zaenal Abidin, Imam Muhammad Al Baqir, Hasan Al Basri dan lain-lain. banyak cerita bahwa sahabat-sahabat nabi ini perangainya hampir sama dengan Nabi.

Dikisahkan oleh Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla mencintai dari kalangan mahluk_NYA orang-orang yang bersih, tersembunyi dan bebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, yang mana bila mereka minta izin, untuk menghadap pemimpin mereka, tidak diberi izin. bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka mati tidak diantar jenazahnya".

Sahabat bertanya: Wahai Rosulullah, siapakah mereka?

"Itulah Uwais Al Qarani, seorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menagisi dirinya, berpenampilan compang-camping, selalu diabaikan, memakai sarung dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Ia mengabulkannya. dst....wahai Umar dan Ali, bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua, niscaya Allah akan mengampuni kalian".

Jumat pagi itu, tak tahan saya, mengalirlah air mata yang saya sendiri tak tahu, darimana asalnya. Mengalir begitu saja. Semoga Allah mengabulkan sedikit ahklah shalihin ini mengalir pula di tubuh saya. Biasanya saya berada di lantai 2 sedang istri di lantai 1 sehingga dia tak tahu apa yang terjadi dengan suaminya.

Jam 11.30 saya berangkat ke mesjid komplek Muqqarabbin. Ambil syaf pertama, lalu duduk menunggu waktu solat Jumat. Sebelah kiri saya ada orang tua, penarik gerobak sampah dan seorang anak muda yang solat jumat pake jeans (mungkin nggak punya sarung).

Khotib Jumatnya masih muda, namun fasih membaca lafadz-lafadz Al-Qur'an. Hmm...pikir saya, pasti dari pondokan waktu mudanya, ato dari Al-Azhar. Dalam kotbah jumatnya, khotib cerita tentang maulid nabi dengan maksud mencontoh dan meniru ahklak nabi.

Ada kisah menarik, waktu itu Nabi lagi biasa berkumpul di sebuah majelis. Di tengah-tengah pembicaraan, datanglah seorang sahabat yang muter-muter nyari tempat duduk. Disini penuh, sebelah sana penuh juga. Ah...dibelakang kali, begitu pikir sahabat ini. Ternyata dibelakang juga susah bisa melihat nabi. Melihat ada sahabat yang telat datang dan bingung nyari tempat duduk, Nabi berteriak : Wahai Fulan, sambil melambai meminta sahabat mendekat.

Sahabat itu pun mendekat dengan susah payah.

"Pakaialh ini..", Nabi melepas baju gamis yang menempel di tubuhnya," Buat alas dudukmu!"

Sahabat itupun menangis. Dan Slamet pun menangis, tersedu-sedu.

Kisah kedua adalah Nabi suka menjahit (=menjarumi) baju nenek-nenek tua yang bajunya robek, di kali lain Nabi tampak memperbaiki sandal seorang anak yatim. Itu dilakukannya sendiri dan melarang sahabat membantu. Suatu hari Nabi menjumpai seoarng laki-laki separoh baya sedang bekerja memecah dan mengangkat batu. Nabi bertanya, hai Fulan mengapa tanganmu tampak hitam seperti itu?

" Ya Rasul, ini akibat terlalu keras aku bekerja untuk menafkahi anak dan istriku bertahun-tahun. Serta merta tangan Si Fulan itu di cium Nabi.

Duhai Allah, seluruh mahkluk di dunia ini ingin mencium Rasulnya, ini malah Nabi yang mencium tangan sang bapak pemecah batu. Indahnya ahlak RasulMU ya, Allah.

Mata saya kembali basah. Namun karena lagi solat Jumat, perlahan saya usap airmata yang mengalir hangat di tepian mata. Hati tiba-tiba meruah dengan cinta pada manusia pilihan Allah Azza Wajalla ini. Duhai Allah, bila saya cukup berharga untuk bertemu dengannya, pertemukan saya dengan Kanjeng Nabi Muhammad, Ya Allah. Ribuan tahun sirah nabawiyah yang saya dengar dengan bautan akhlak-ahklak mulia masih meruahkan cinta yang sempurna cinta seorang manusia pada manusia lain.

Jumat itu saya solat tenggelam dalam cinta yang membakar jiwa, seolah baru menemukan arti Muhammad dalam setiap jengkal napas saya. Yang meruah dalam aliran darah dan naik ke kepala kesadaran, bahwa Kanjeng Nabi sedang memberi bimbingan saya dengan slide-slide kehidupannya dulu.

Agak sorean, Istri minta dipijitin, karena kecapekan abis main bulutangkis bersama teman di kantor. Lalu saya pijitin dia dengan kasih. Iseng saya putar TV: ada tausyiah KH. Zainuddin MZ, Tafsir Al-Misbach-nya Quraysh Shihab dan film dokumenter sebuah keluarga di Timur Tengah yang baru pertama melakukan ibadah Haji.

Entah saking tumakninahnya saya mijet atau emang istri udah ngantuk, tak lama istri udah pules, saya hati-hati mijetnya. Secara bergantian saya wacthing ketiga channel tersebut bergantian, namun yang paling berkesan ketika ada keluarga yg baru pertama haji bercerita tentang Ka'bah. Dia mengurakannya dengan indah. "Saya takjub, demikian laki-laki itu mulai berkisah. Kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun saya selalu solat menghadap kiblat, kini Ka'bah itu di hadapan saya. Tiba-tiba air mata saya mengalir deras, begitu saja. Saya tak tahu perasaan apa yang hadir. sesuatu yang luar biasa.

Mendengarkan laki-laki itu bertutur, sambil tetap mijetin istri, mata saya basah oleh air mata haru. Keindahan yang sulit dilukiskan namun berasa lewat air mata.

Duhai Allah, alangkah indah dan mulia hidup Kanjeng Nabi yang membuat sirahnya mashur karena dijiwai oleh semangat ahklak mulianya yang diikuti oleh ahklak sahab-sahabatnya, tempat-tempat yang sering dikunjunginya, juga tak lekang oleh waktu yang berganti generasi demi generasi. Duhai Allah, bila saja seperti itu kisah-kisah ahklak Nabi, maka berikanlah mutiara hikmah bagi kami generasi yang tak pernah mengenal wajahnya namun menyeru namanya dalam susah maupun senang, melafadkan dengan sukacita akan risalah-risalahnya dan berharap mendapatkan syafaatnya, nanti di Yaummul Qiyammah.

Allahumagfirlanaaa......allahumagfirlana ya goffar- ya goffar......Allahumagtahlana abwaaaba barrahmah ...Allahumagtahlanaa waabal barokah..abwaabal nikmah abwaaabal kuwah, abwaabal laaa fiyah. Waaabwal khoirot..waabwal khoirot...waabwal khoirot ya goffar- ya goffar.. ya goffar..ya goffar...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo